Menuju Surga Bersama Anak Yatim

Islam sangat menganjurkan untuk peduli terhadap sesama, terutama kepada yatim dan piatu. Yatim adalah sebutan untuk mereka yang telah ditinggalkan oleh ayahnya, sedangkan piatu adalah sebutan bagi mereka yang ditinggalkan oleh ibunya. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan untuk memuliakan keduanya, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 8 :

وَإِذَا حَضَرَ ٱلْقِسْمَةَ أُو۟لُوا۟ ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينُ فَٱرْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا۟ لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
Artinya : “ Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin, maka berilah harta itu ( sekedarnya ) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

Ada batasan bagi seorang disebut yatim, sebagaimana di sebutkan oleh Rasulullah
Shallahu ‘alaihi wasallam :
“ Tidak lagi disebut yatim anak yang sudah bermimpi ( baligh ).”
( HR. Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib )

Menyantuni anak yatim memiliki beberapa keutamaan. Pertama, Allah akan memberikan
kebaikan. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] : 220 :

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْيَتَٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْر ۖ
Artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah “ mengurusi
urusan mereka dengan patut adalah baik ”

Kedua, berdampingan dengan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasalam. Sebagaimana di
sebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukkhari :
“ Dari Sahl bin sa’d Radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “ Saya dan orang yang mengurus (mengasuh) anak yatim kelak di surga,
begini keadaannya,`kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah
dan beliau (pun) merenggangkan antara keduanya.” ( HR. Bukhari )

Ketiga, Melembutkan hati, sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Hajar Al-Atsqalani :
“ Ada seseorang yang mengadu kepada Nabi Muhammad tentang kerasnya hati. Nabi
Menjawab: “ silahkan berilah makan orang miskin dan usap kepada anak yatim.”
( Ibnu Hajar Al-Atsqalani ).