Adik Dika Parameter Anak Zaman Sekarang
Sudah tidak asing nama Dika diantara para penganut media sosial. Seorang anak berumur 3 tahun, yang kehilangan ayahnya pada hari Selasa, tanggal 03 Januari 2023. Dengan polos adik Dika bertanya, “Kenapa ayah tidur disana, kan kotor?” Pertanyaan ini menuai banyak sekali komentar positif para netizen. Banyak orang yang bela sungkawa dan prihatin dengan keadaan adik Dika yang tidak mengetahui bahwa ayahnya telah meninggal dan dia tidak akan pernah kembali menatap wajah sang pujangga hati itu.
Sungguh sangat mengharukan ketika sang anak tidak pernah lagi menatap ayah, tidak lagi memegang tangannya, tidak lagi berbagi cerita dengannya. Dika hanya menginginkan mainan mobil-mobilan sedangkan sang ibu tengah dipenuhi pemikiran, bagaimana kelak dewasanya Dika, bagaimana kelak Dika bisa bersekolah dan bagaimana dia bisa menghidupi Dika.
Memang benar bahwa rezeqi adalah haknya Allah SWT, dia yang mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya dan dia juga yang memegang kehidupan setiap mahluknya tapi berusaha adalah haknya manusia dan itu menjadi kewajiban manusia. Usaha tidak selalu berbanding lurus dengan hasil, dan tujuan dari usaha adalah untuk beribadah kepada Allah SWT maka sesungguhnya berusaha merupakan cara manusia untuk beribadah kepada Allah SWT.
Begitupun ibunya Dika, yang menurut informasi tim kami. Beliau akan berusaha menjadi ART di rumah tetangga, agar Dika bisa dibawa bekerja. Sungguh Allah tengah memberikan bukti kepada manusia bahwa dibalik kesusahan pasti ada kemudahan sebagaimana firmannya. Allah memudahkan Dika untuk menjadi anak Shaleh yang ditemani oleh ibunya dan Dika menjadi bagian dari peradaban yang semoga Allah menjaga dan menjadikan mereka generasi yang bisa mengubah dunia menjadi aplikasi dari syariat Islam.
Dengan kejadian Dika seperti ini, menjadi PR juga bagi kita selaku orang yang paham tentang agama Islam bahwa diluaran sana banyak orang yang belum paham tentang agama Islam. Sudah jelas Dika berkata demikian karena tidak mengetahui apa yang terjadi dan Dika tidak mendapatkan pelajaran dari orang tauanya bahwa dunia ini adalah sementara dan kelak dia akan meninggal dan kembali kepada Allah SWT. Pantas saja ulama mengatakan bahwa memulai Pendidikan anak adalah dimulai ketika memilih ibunya.
Rasulullah SAW pun pernah mengabarkan bahwa ibu adalah madrasah pertama dan ibu juga adalah rumah pertama bagi manusia, dengan demikian sebenarnya semakin banyak ibu yang paham perannya sebagai penerus peradaban maka semakin banyak juga generasi Islam yang paham terhadap agama Islam itu sendiri. Meskipun demikian kita tidak boleh menilai bahwa keluarga Dika gagal dalam mendidik Dika, akan tetapi Dika yang belum bisa menerima informasi bahwa orang tuanya telah tiada.
Pada zaman sekarang, mendidik anak sepertinya tidak terlalu penting dibandingkan dengan zaman-zaman dahulu. Ketika zaman Abbasiyah, para anak-anak umat muslim diwajibkan untuk mempelajari Al-Qur’an dan menghafalkannya sebelum masuk ke dalam ilmu yang lain. Hal ini sebagaimana yang di kutip oleh Ibnu Kholdun dalam kitabnya Muqadimmah bahwa anak-anak sebelum dikenalkan terhadap ilmu sains diwajibkan untuk menempun Pendidikan Al-Qur’an dan setelah itu barulah mempelajari ilmu sains. Kalaulah kita bandingkan antara anak zaman dahulu dengan sekarang, sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya sedikit perbedaan yaitu terdapat pada Pendidikan yang dia tempuh ketika pra-baligh dan pasca-baligh.
Pendidikan ini juga yang akan menentukan kehidupan selanjutnya, tidak aka nada Muhammad Al-Fath jika Murad II tidak memberikan asuhan Pendidikan kepada Syekh Ahmad Al-kulani dan Syekh Aaq Syamsudin hingga sampai kepada kita semua bahwa dahulu Muhammad Al-Fath sempat di pukul oleh balok oleh gurunya karena tidak mau nurut dan tidak mau menghafal Al-Qur’an. Ketika pasca penaklukan Konstantinopel pada Maret 1453 dia mengatan bahwa kalaulah bukan karena pukulan dari Syekh Aaq Syamsudin niscaya dia tidak akan berdiri di tanah Konstantinopel.
Begitupun pahlawan Islam Salahudin al-ayubi dari Syam yang membebaskan tanah Syam dari raja Leonheard yang terkenal kejam. Dengan bantuan dari Nurrudin Zangki, maka terciptalah Salahudin Al-Ayubi yang kematiannya ditangisi oleh umat muslim dan umat non-muslim. Mengapa ada Salahudin? Karena adanya kebiasaan yang dilakukan oleh pemerintah dan guru-guru dalam mendidik anak agar sesuai dengan ketentuan Islam serta memiliki visi dan misi yang Islami.
Penting bagi orang tua muslim untuk menjadikan anak-anaknya memiliki visi dan misi Islam, karena pada intinya umat muslim memiliki panduan yang jelas entah berupa Al-Qur’an yang berikan oleh Allah SWT kepada manusia melalui perantara malaikat Jibril as kepada Rasulullah SAW dan juga sunahnya Rasulullah SAW yang barang siapa yang menjadikan kedua hal ini sebagai panduan maka dia tidak akan pernah tersesat selama-lamanya.
Allah SWT, berfirman:
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Wa iz qoola luqmaanu libnihii wa huwa ya’izuhuu ya bunaiya laa tushrik billaah; innash shirka lazulmun ‘aziim
13. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Wa wassainal bi waalidaihi hamalat hu ummuhuu wahnan ‘alaa wahninw wa fisaaluhuu fii ‘aamaini anishkur lii wa liwaalidaika ilaiyal masiir
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.